5 oktober 2011
satu tahun yang lalu, adalah hari kepergian Steve Jobs, tokoh besar di balik
Apple.Situs Apple memperingatinya dengan memuat video memorial pada halaman
utamanya serta secarik surat pendek dari Tim Cook, CEO Apple saat ini.
Namun, bagaimana
perjalanan hidup Steve Jobs sebenarnya? Besar sebagai anak angkat, perjalanan
hidup Steve Jobs memang tidak mudah. Namun, ia membuktikan bahwa keteguhan hati
akan membuat perubahan bagi hidup seseorang; bahkan perubahan bagi dunia.
Berikut ini kisahnya.
***
Meskipun berat,
keputusan Joanne sudah bulat. Ia akan merelakan bayi yang dikandungnya untuk
diadopsi.
Bukan tidak
sayang, namun ia dipaksa keadaan. Ayahnya tidak merestui hubungannya dengan
Abdullah Jandali, kekasih sekaligus ayah bayi yang dikandungnya itu. Namun
Joanne ingin menjamin masa depan bayinya, sehingga ia mengajukan satu syarat:
anaknya harus diadopsi pasangan bergelar sarjana.
Kandidat utama
orang tua angkat itu sebenarnya adalah seorang pengacara. Namun ketika pada
Joanne melahirkan seorang bayi di tanggal 24 Februari 1955, pasangan tersebut
menarik diri. Mereka mencari seorang bayi perempuan, sementara Joanne
melahirkan bayi laki-laki. Akhirnya dicarilah pasangan lain, yaitu Paul dan
Clara Jobs.
Masalahnya, Clara
tidak pernah lulus kuliah; Paul bahkan tidak pernah lulus SMA. Joanne sempat
bimbang, namun akhirnya rela melepas anak laki-laki tersebut setelah pasangan
Jobs memberi menjamin: anak laki-laki itu suatu hari akan kuliah.
Dari kisah
dramatis itulah, kisah seorang pria bernama Steve Jobs dimulai.
Masa Kecil Jobs
Sedikit ironis
bahwa orang tua biologisnya justru menikah setelah Steve Jobs diadopsi dan
memiliki satu orang anak lagi, Mona Simpson. Steve Jobs sendiri baru mengetahui
tentang orang tua kandungnya itu pada usia 27 tahun.
Jobs kecil
tinggal di seputaran Silicon Valley, maka tak heran kalau kecintaannya terhadap
benda-benda elektronik sangat besar. Di sini mulai terlihat bakatnya dalam
mengutak-atik benda elektronik, termasuk komputer pada jaman itu.
Saat SMA, di
sela-sela waktu luangnya Jobs sering berkunjung ke Hewlett-Packard. Di sanalah
dia bertemu dengan Steve Wozniak – yang dipanggil Woz – seorang insinyur
komputer yang sangat cerdas. Meski Woz lebih tua lima tahun, tetapi karena
kesamaan minat, mereka cepat menjadi akrab.
Meski cerdas dan
inovatif, Jobs selalu bermasalah dengan pendidikan formalnya. Di sekolah, dia
terkenal siswa yang bengal. Bahkan Jobs hanya kuliah selama satu semester dan
memutuskan drop-out. Jobs lebih suka masuk ke kelas seni tipografi dan
kelas-kelas spiritual.
Akhirnya, sekitar
tahun 1974, Jobs nekat pergi ke India untuk mencari pencerahan spiritual,
meninggalkan karier yang baru saja dirintisnya sebagai desainer video game di
Atari.
Era Silicon
Valley
Setelah kembali
ke Silicon Valley, Jobs banyak bekerja bersama dengan Woz yang saat itu
mengembangkan komputer berukuran “kecil”, hanya terdiri dari sebuah papan
sirkuit.
Karena relatif
kecil, tentunya komputer ini juga akan murah bila nantinya diproduksi. Dan
ternyata memang banyak yang suka dengan kreasi Woz ini.
Naluri bisnis
Jobs bergejolak. Dia sadar, bila berhasil diproduksi, komputer kecil tersebut
akan laris. Jobs lalu mulai merombak garasinya menjadi workshop untuk
memproduksi komputer tersebut. Kemudian terciptalah Apple I.
Woz terus
mengembangkan komputer tersebut dan terciptalah Apple II pada tahun 1977. Apple
II ini jauh lebih canggih daripada Apple I.
Sadar akan
potensi bisnis yang terpendam pada komputer Apple II ini, Steve lalu mencari
suntikan modal. Dia berhasil meyakinkan Mike Markkula yang akhirnya memberikan
suntikan dana sebesar US$250.000.
Dalam sekejap
saja, Apple telah menjadi perusahaan besar. Pada tahun 1980, nilai perusahaan
telah mencapai US$1,2 miliar dan penghasilan Jobs telah mencapai US$200 juta.
Proyek Lisa dan
Tersingkirnya Jobs
Apple kemudian
mendapat tantangan dari IBM, perusahaan yang sudah lebih dahulu mapan. IBM
berencana untuk segera masuk ke pasar dengan memproduksi personal computer.
Demi
mempertahankan diri, Apple kemudian mengembangkan proyek yang dinamai Lisa,
dipimpin sendiri oleh Jobs. Lisa diperkirakan bakal menjadi terobosan baru di
dunia komputer, karena menggunakan antarmuka grafis. Namun kenyataan pahit
harus diterima oleh Jobs. Dia “ditendang” dari proyek Lisa karena dianggap manajer
yang terlalu temperamental.
Dengan bara
dendam yang menyala, Jobs kemudian membuat proyek sendiri yang disebut
Macintosh. Tujuannya adalah membuat komputer grafis yang lebih murah daripada
Lisa dan jauh lebih mudah dioperasikan, sehingga diharapkan akan menggerogoti
pasar Lisa.
Mac memang
akhirnya terbukti lebih sukses ketimbang Apple III dan Lisa. Tetapi mungkin
karena kekacauan yang tercipta akibat perseteruan internal tersebut, ditambah
lagi persaingan ketat dari IBM, perlahan dominasi Apple memudar. Ini akhirnya
berakibat Jobs bukan cuma tersingkir dari sebuah proyek tapi nantinya
tersingkir pula dari Apple.
Semula Jobs
“disingkirkan” dari posisi manajerial. Dia hanya menempati posisi chairman of
the board. Gatal karena memang panggilannya adalah membuat komputer yang
canggih, Jobs berencana mendirikan perusahaan baru bernama NeXT dengan membawa
serta beberapa insinyur dan tenagamarketing terbaik dari divisi Mac.
Ketika dia
memberitahukan hal ini ke jajaran direksi Apple, mereka spontan menolaknya dan
bahkan mengancam untuk memperkarakan ke pengadilan. Inilah yang akhirnya
membuat Jobs meninggalkan Apple dan menjual saham-sahamnya.
Pembelian Pixar
Setelah keluar
dari Apple, Jobs benar-benar mendirikan NeXT pada tahun 1985, dengan visi
membuat sebuah komputer yang terbaik, baik dari segi hardware, software, maupun
dalam proses pembuatannya.
Pada tahun 1986,
Jobs membeli divisi komputer grafis Lucasfilm, perusahaan yang memproduksi
film-film Star Wars dan Indiana Jones. Perusahaan baru ini akhirnya diberi nama
Pixar. Pixar berkonsentrasi membuat perangkat keras grafis 3D, misalnya scanner
yang bisa menampilkan gambaran tubuh manusia secara 3D untuk keperluan medis.
Namun produk
perangkat keras NeXT dan Pixar rupanya terlalu canggih dan sulit diterima
pasar. Apalagi kecanggihannya itu sudah tentu harus ditebus dengan harga yang
mahal. NeXT dan Pixar berada di ambang kegagalan yang membuat keduanya
gonjang-ganjing. Akhirnya untuk menghindari kebangkrutan, NeXT dan Pixar
sama-sama menghentikan produksi perangkat keras dan berfokus di perangkat
lunak. NeXT di bidang bisnis dan Pixar di bidang animasi 3D.
Pixar lebih
beruntung dibandingkan dengan NeXT karena akhirnya mampu memproduksi
animasi-animasi 3D di bidang periklanan dan otomatis bisa hidup dari pendapatan
membuat film iklan tersebut. Animasi iklan yang diproduksi Pixar rupanya
menarik minat studio Disney yang menawarkan kerja sama untuk membuat film
animasi. Itu terjadi pada tahun 1991. Tapi entah kenapa, pada tahun 1993 pihak
Disney membatalkan kontrak tersebut.
John Lasseter,
kepala divisi Pixar, akhirnya mencoba meyakinkan Disney dengan menyempurnakan
skrip film animasi tersebut. Untunglah kali ini proyek tersebut terus berjalan
hingga pada tahun 1995 dirilislah sebuah film berjudul "Toy Story". Dan
seperti yang sama-sama kita ketahui, film tersebut mendulang sukses yang luar
biasa. Nama Jobs juga tertulis di film tersebut sebagai produser.
Lagi-lagi insting
bisnis Jobs berbicara. Memanfaatkan momentum suksesnya "Toy Story",
ditambahbrand image Disney yang memang kuat mencengkeram di bidang animasi,
Jobs membawa Pixar go public. Hasilnya tidak main-main. Saham Pixar sukses di
Wall Street dan kekayaan Jobs yang memegang 80% saham Pixar melonjak menjadi
lebih daripada US$1,5 miliar!
Kontras dengan
bangkitnya Jobs di bisnis TI, Apple justru memasuki masa-masa suram. Apple tak
mampu menghadang kreativitas Microsoft yang kala itu menelurkan Windows 95.
Penjualan Mac turun drastis dan Apple terancam bangkrut.
Apple segera
menunjuk CEO baru yaitu Gil Amelio yang diharapkan mampu menyelamatkan
perusahaan tersebut. Langkah awal yang dilakukan Gil Amelio adalah menyegarkan
sistem operasi Mac yang saat itu sudah tidak lagi up-to-date.
Yang terpilih
sebagai calon penerus MacOS adalah NeXTSTEP, sistem operasi buatan NeXT. Maka,
Apple merogoh kocek hingga US$ 400 juta untuk mengakuisisi NeXT di tahun 1995.
Dan kembalilah Steve Jobs ke perusahaan yang pernah “durhaka” padanya sepuluh
tahun sebelumnya.
Kembalinya Jobs
ke Apple
Di bawah Gil
Amelio, Apple tak kunjung membaik. Bahkan di kuartal pertama 1997, kerugian
Apple mencapai US$700 juta. Direksi akhirnya memutuskan untuk mendepak Gil
Amelio karena “prestasi”-nya tersebut dan menunjuk Steve Jobs untuk menjadi
pejabat CEO.
Segeralah Jobs
melakukan berbagai efisiensi dan inovasi di sana-sini. Bagaimanapun, dialah
yang mendirikan Apple. Tentu dia tak rela jika Apple harus runtuh begitu saja.
Ratusan proyek yang dianggap tak lagi punya masa depan dihentikan. Produksi
hardware dipersempit hingga menjadi empat macam saja. Jobs bahkan memutuskan
untuk menghentikan perselisihan paten dengan Microsoft. Slogan baru juga
dicanangkan, yaitu “Think Different”, yang menyebarkan ide bahwa pengguna Mac adalah
pemimpi yang dapat mengubah dunia.
Akhirnya perlahan
tapi pasti, kepercayaan diri Apple meningkat kembali, walau kejayaan itu tidak
serta merta kembali. Dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun sebelum Apple kembali
menjadi penantang serius di dunia TI
Pada tahun 1998,
Steve bersama Apple memperkenalkan komputer desktop yang benar-benar
revolusioner, iMac. Desainnya yang unik dan berwarna cerah mampu
menjungkirbalikkan desain monoton saat itu yang melulu berwarna hitam atau
beige. Inilah produk Apple yang benar-benar inovatif sejak 1984!
Bayangkan, tanpa
Steve Jobs, selama 14 tahun Apple ternyata tidak mampu menelurkan produk-produk
yang inovatif. Dan hanya tiga tahun dibutuhkan oleh Jobs setelah kembali ke
Apple untuk membawanya kembali ke papan atas.
Apple makin
bersinar ketika menelurkan MacOS X pada tahun 2001. Inipun sebenarnya buah
tangan dingin Jobs, karena MacOS X aslinya hanyalah “rebranding” dari NeXTSTEP.
MacOS X menjadi sangat penting karena akhirnya di atas platform ini muncul
berbagai aplikasi yang mendukung strategi digital hub yang dicanangkan Apple.
Strategi ini
dipaparkan oleh Jobs pada even Macworld San Francisco, pada bulan Januari 2001.
Saat itu Jobs membeberkan visinya mengenai komputer personal. Meskipun para
analis memperkirakan bahwa kelak komputer personal akan “hilang” dan digantikan
oleh terminal internet, Jobs percaya bahwa komputer akan berevolusi menjadi
peranti digital yang mendukung gaya hidup digital. Komputer akan berubah
menjadi perangkat yang mampu menjembatani berbagai perkakas digital seperti
kamera digital (baik foto maupun video), pemutar MP3, telpon genggam, dan
lain-lain.
Visi ini akhirnya
membawa Apple untuk menghasilkan berbagai produk aplikasi yang digolongkan
sebagai iApps, yaitu iMovie (1999), iTunes (2001), iDVD (2001), iPhoto (2002),
iCal dan iSync (2002), GarageBand (2004), dan iWeb (2006). Berbagai peranti
tersebut boleh dibilang merupakan amunisi untuk meraih kembali pangsa pasar
komputer personal yang terlalu didominasi oleh Microsoft dengan Windows-nya.
iPod, Pemicu
Kesuksesan Apple
Yang tak
disangka-sangka, kilau gemilang Apple justru berawal dari perangkat iPod, yang
semula bahkan oleh Jobs sendiri dipandang sebelah mata.
Saat itu Jobs
sebenarnya ingin fokus mengembangkan peranti desktop video. Namun ia segera
menyadari bahwa hal tersebut masih belum lazim.
Belajar dari
pengalaman sebelumnya, bahwa membuat perangkat yang memiliki lompatan teknologi
terlalu jauh justru mubazir, Jobs lalu memutuskan untuk lebih mengembangkan
pemutar MP3 untuk Apple. Saat itu memang musik digital sedang menjadi isu yang
sangat hangat-hangatnya.
iPod akhirnya
juga membawa Apple untuk terjun ke bisnis musik digital dengan mendirikan
iTunes Music Store.
Menurunnya
Kondisi Jobs
Pada tahun 2003,
Jobs terserang kanker pankreas. Sebenarnya kanker ini bukanlah jenis yang
mematikan jika segera dioperasi. Tapi sayangnya Jobs menolak opsi untuk
dioperasi. Dia lebih memilih untuk menjalani terapi yang berasal dari
negara-negara Timur.
Meski akhirnya
setuju juga untuk dioperasi, namun nampaknya sudah terlambat. Kanker inilah
yang terus menggerogoti kesehatannya. Di tahun 2009, Jobs tidak lagi tampil di
berbagai event dimana ia mestinya tampil.
Namun kanker
sepertinya bukan halangan bagi Jobs untuk terus berinovasi. Tahun 2007, Apple
kembali menggebrak dengan produk inovatifnya, iPhone. Bahkan di tahun 2010, ia
mengejutkan banyak orang dengan kembali tampil di berbagai event, termasuk
ketika memperkenalkan iPad.
Tetapi Jobs
akhirnya menyerah juga. Pada bulan Agustus 2011 lalu, ia menyampaikan
permohonan pengunduran dirinya dari Apple. Dan belum genap sebulan setelahnya,
ia pun pulang menghadap Sang Pencipta.
Steve Jobs
mungkin memang tidak ada lagi di tengah kita. Namun semangat dan produk buah
tangan dinginnya akan selalu berada di sekeliling kita. (Yahya Kurniawan)
10 Fakta Menarik
tentang Steve Jobs
1. Steve Jobs
didiagnosis menderita disleksia (ketidakmampuan belajar yang disebabkan
sulitnya orang tersebut melakukan aktivitas membaca dan menulis). Tokoh lain
yang juga didiagnosis mengalami disleksia adalah Albert Einstein dan Alexander
Graham Bell (penemu telepon).
2. Steve Jobs
merupakan seorang pescetarian, yakni seseorang yang tidak makan daging, kecuali
ikan. Ia juga tidak makan telur dan semua produk hasil peternakan (seperti susu
dan keju).
3. Pembelian The
Graphics Group (yang lalu menjadi Pixar) dari divisi grafis Lucasfilm
sebesar US$10 juta telah membuat Steve
Jobs hampir bangkrut. Untungnya, Pixar mendapatkan kontrak dari Disney untuk
membuat aneka film animasi seperti Toy Story, Monsters, A Bug’s Life dan Cars.
4. Sebagai
seorang penganut Buddha, Jobs pernah berpikir menjadi seorang biksu. Namun
keinginannya itu batal dilakoninya.
5. Saat kembali
ke Apple, Jobs menunda semua program CSR Apple dengan alasan menunggu sampai
Apple mendapatkan laba kembali. Sayangnya, setelah Apple menjadi perusahaan
dengan pendapatan sebesar US$40 miliar, program CSR tersebut tetap dihentikan.
6. Sebagai CEO
Apple, Steve hanya bergaji US$1 setahun. Namun, ia memiliki 5 juta saham Apple
dan 138 juta saham di Disney. Di tahun 2010, majalah Forbes memperkirakan
kekayaan bersih Jobs mencapai US$7 miliar, meletakkannya dalam urutan ke-136
orang terkaya di dunia.
7. Dalam urutan
karyawan di Apple, Steve Jobs mendapat nomor urut 0, sehingga mendahului Steve
Wozniak yang mendapat nomor urut 1.
8. Steve Jobs
membeli setelan jas pertamanya di usia 22. Setelan ini dikenakannya untuk
mempresentasikan Apple II di West Coast Computer Fair pada tahun 1977.
9. Pakaian “dinas
lapangan” sehari-hari Jobs adalah sweater hitam dengan kerah merek St. Croix,
celana jins biru bermerek Levi’s serta sepatu Sneakers ukuran 14.
10. Steve
menyukai kendaraan buatan Jerman. Ia mengendarai Mercedes SL55 AMG tanpa nomor
polisi. Di area parkir kantor, mobil Steve akan mudah dikenali dari posisinya
yang menempati area untuk orang cacat. (Ristianto Wibowo)
4 Proyek Gagal
Steve Jobs
Steve Jobs
bukanlah dewa. Ia hanyalah manusia belaka sama seperti kita. Tidak mengherankan
jika tidak semua produk rancangannya menjadi jawara.
Inilah sebagian
di antara produknya yang sayangnya tidak diminati dunia:
1. Lisa
Mengambil nama
dari anak perempuannya, Lisa merupakan sebuah komputer personal yang menghabiskan
biaya pembuatan sangat mahal. Karena itu, tidak mengherankan jika produk ini
dijual dengan harga yang mahal juga untuk menutup biaya pembuatannya. Dengan
harga mendekati US$10.000, tidak heran jika produk ini kurang diminati
pengguna.
2. Mac edisi 1984
Meskipun
merupakan sebuah terobosan besar dalam bidang teknologi, sayangnya Mac kurang
diminati pasar karena mahal, memiliki banyak bug, dan berkinerja lambat.
3. NextCube
(1989)
Produk ini
merupakan salah satu kegagalan Jobs, lagi-lagi karena harganya yang mahal.
Dengan harga sekitar US$6.500, pasar menganggap produk ini tidak sepadan dengan
harganya.
4. The PowerMac
Cube (2000)
Harganya yang
mahal bagi pengguna kebanyakan dan kecepatannya yang dianggap lambat bagi
penguna profesional membuat pemasaran produk ini hancur lebur di pasaran.
Namun, produk ini menjadi inspirasi lahirnya Mac Mini. (Ristianto Wibowo)
Comments
Post a Comment